SHARE NOW

*Eksplorasi Logam Tanah Jarang Lumpur Lapindo, Sidoarjo kabarnya Mulai Dilakukan Lapinfo Brantas. Bagaimana Cara Pemrosesannya?*

*Eksplorasi Logam Tanah Jarang Lumpur Lapindo, Sidoarjo kabarnya Mulai Dilakukan Lapinfo Brantas. Bagaimana Cara Pemrosesannya?*

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya sumber daya mineralnya, termasuk unsur logam tanah jarang. Sayangnya, teknologi untuk memurnikan unsur tanah jarang tersebut belum mumpuni.

Salah satu teknologi terbaru saat ini dalam bidang pemisahan adalah dengan teknik mengimpregnasikan senyawa ekstraktan terhadap resin, yang dikenal dengan metode SIR.

Senyawa pirazolon dan turunannya diketahui dapat digunakan untuk mengekstrak sejumlah ion logam salah satunya adalah ion logam tanah jarang.

Dimulai dari senyawa HPMBP yang telah berhasil disintesis. Senyawa tersebut digunakan sebagai ekstraktan untuk mengekstraksi ion logam tanah jarang dengan menggunakan metode SIR. Untuk menentukan kemurnian dan kesesuaian dengan yang diharapkan maka dilakukan karakterisasi baik secara fisik maupun kimiawi terhadap senyawa hasil sintesis tersebut yang meliputi: uji titik leleh, TLC, HPLC, karakterisasi gugus fungsi dengan spektroskopi IR, dan NMR.

Tahap berikutnya yaitu penyiapan SIR yang dilakukan dengan cara mengamobilkan senyawa HPMBP pada Amberlite XAD-16. Rasio berat HPMBP terhadap XAD-16 yang dapat diamobilkan yaitu 3 : 2.

Selanjutnya, produk SIR tersebut digunakan untuk ekstraksi La+3, Ce+3, dan Gd+3 dalam media HNO3 0,1 M sebagai fasa air dengan cara batch. Kondisi pH optimum untuk ekstraksi La+3, Ce+3, dan Gd+3 secara berurutan diperoleh pada pH = 3,1 ; pH = 2,19 dan pH = 1,70.

Pakar kimia dari Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (Unair), Ganden Supriyanto, mengatakan proses pemisahan logam tanah jarang di lumpur Lapindo memiliki metode tersendiri.

Ini karena lumpur Lapindo disinyalir tidak hanya mengandung logam tanah jarang saja, melainkan ada unsur logam lain di dalamnya. “Nah, penelitian yang pernah saya lakukan yaitu membuat jebakan untuk memisahkan unsur logam tanah jarangnya saja,” kata dia seperti dikutip Tempo

Metode itu menggunakan senyawa ionik inprinting polimer, yaitu polimer yang digunakan untuk menyeleksi logam tertentu. Jika lumpur Lapindo dilarutkan dalam air atau didekstruksi menggunakan polimer, hanya akan menyisakan air saja.

Lalu, logam tanah jarang yang melewati media itu akan tertangkap. Logam tanah jarang itu bersifat jenuh dan bisa diseleksi kembali untuk memperoleh logam tanah jarang murni.

“Misalnya saya ambil contoh scandium. Jadi scandiumnya nanti saya cetak di dalam polimer tersebut. Kemudian scandium yang tercetak saya keluarkan dan tinggal polimer yang kosong, polimer yang berisi rongga-rongga yang cocok diisi dengan logam scandium tadi,” ujar dosen kimia analisis dan kimia lingkungan ini.

Metode itu bernama ekstraksi fase padat karena menggunakan absorben dalam bentuk padat. Bila digunakan dalam skala besar, seluruh logam tanah jarang seperti scandium dan litium bisa tertampung secara keseluruhan dengan metode itu.

Kalau dihitung per kilogramnya harga scandium, harganya sangat tinggi. Karena pemanfaatannya sangat bermanfaat bagi kemajuan teknologi, sehingga tidak banyak negara yang melakukan ekspor logam tanah jarang,” ujar pakar kimia Unair ini.

Menurut Ganden, hal itu karena hanya beberapa daerah yang memiliki konsentrasi logam tanah jarang yang tinggi. Selain itu, ekstraksi atau metode pemisahan logam tanah jarang terbilang tidak mudah.

Dia melanjutkan, bila suatu daerah memiliki kandungan logam tanah jarang yang tinggi, daerah itu akan jadi rebutan berbagai pihak. Salah satunya munculnya logam tanah jarang di lumpur Lapindo, Sidoarjo.

Bbs/TvS.

NEWSTICKER
No post ...