Bercanda adalah bentuk komunikasi manusia sebagai makhluk sosial. Bercanda dengan sesama bisa merilekskan tubuh dan meredakan ketegangan urat-urat saraf.
Islam tidak melarang umatnya untuk bercanda, tetapi setiap muslim hendaknya bijak dalam membaca situasi yang memungkinkannya untuk bercanda. Bercanda berlebihan juga tidak baik untuk hati, karena banyak bercanda menyebabkan banyak tertawa, dan dapat mematikan hati, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
إِيَّاكَ وَكَثْرَةَ الضَّحِكِ، فَإِنَّهُ يُمِيتُ الْقَلْبَ، وَيَذْهَبُ بِنُورِ الْوَجْهِ
Jauhilah banyak tertawa, karena ia dapat mematikan hati dan menghilangkan cahaya dari wajah seseorang (HR. Ibnu Hibban no. 361).
Meskipun begitu, Rasulullah ﷺ pun bercanda dengan para sahabat. Beliau ﷺ bercanda tanpa melanggar adab-adab berkomunikasi, seperti berdusta dan menyakiti orang lain.
Suatu hari, seorang perempuan paruh baya datang kepada Rasulullah ﷺ dan berkata, “Wahai Rasulullah, doakanlah ampunan Allah untukku.”
Rasulullah ﷺ menjawab, “Apakah kamu tidak tahu bahwa di surga tidak ada orang tua?”
Perempuan itu terkejut lalu menangis. Melihatnya, Rasulullah ﷺ tersenyum lalu berkata, “Tidakkah kamu membaca ayat Al-Qur’an yang mengatakan: Kami menjadikan mereka (bidadari itu) perawan-perawan yang penuh cinta dan sebaya umurnya?”
Ini menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ tidak berdusta, tetapi hanya bermain kata-kata dan logika dalam candanya.
Pada kesempatan lain, seorang perempuan datang kepada Rasulullah ﷺ untuk berkonsultasi mengenai suaminya. Rasulullah ﷺ bertanya, “Siapa nama suamimu?”
Setelah perempuan itu menjawab, Rasulullah ﷺ bertanya, “Yang ada putih di matanya?”
“Tidak”, jawab perempuan itu, Tetapi Rasulullah ﷺ dengan yakin berkata bahwa di mata suaminya ada putihnya. Perempuan itu segera menemui suaminya lalu mendekat ke wajahnya untuk memastikan.
“Kamu kenapa?” tanya suami melihat tingkah aneh istrinya.
“Rasulullah ﷺ bilang matamu ada putihnya,” jawab sang istri penuh selidik.
“Lho kamu tidak lihat mataku memang lebih banyak putih (sklera) daripada hitamnya (pupil)?” jawab suaminya heran. Istrinya akhirnya menyadari bahwa Rasulullah ﷺ bergurau.
Jika kita lihat dari kedua kejadian di atas, Rasulullah ﷺ selalu jujur dalam bercanda. Beliau ﷺ juga tidak bercanda dengan kata-kata yang menyakiti, mengejek, apalagi menyakiti secara fisik.
Rasulullah ﷺ bercanda dengan cerdas, sehingga para sahabat merasa terhibur. Canda beliau juga tidak menghilangkan wibawanya sebagai pemimpin agama dan negara di hadapan para sahabat. Semoga kita bisa meneladani beliau ﷺ.
Refrensi: Rif’atul Mahmudah | Grafis: Alan
#kesan