Pada hari Kamis, (24/03) Korea Utara telah menembakkan rudal balistik anatrbenua (ICBM) kea rah laut lepas pantai timur, militer Korea Selatan dan Jepang mengatakan, diduga rudal yang dites tersebut adalah Hwasong-17.Peluncuran rudal Ini merupakan peluncuran pertama yang terbesar dinegara bersenjata nuklir itu sejak 2017, dan merupakan eskalasi besar dalam pengembangan senjata Korea Utara yang berpotensi mampu mengirimkan hulu ledak nuklir di mana pun di Amerika Serikat.
Korea Utara setelah mengetes senjata utama juga menimbulkan masalah keamanan nasional baru bagi Presiden AS Joe Biden saat menanggapi invasi Rusia ke Ukraina, dan menghadirkan tantangan bagi pemerintahan konservatif Korea Selatan yang akan datang.
Peluncuran rudal tersebut dikatakan oleh pihak berwenang Jepang, bahwa peluncuran tersebut tampaknya merupakan “jenis baru” rudal balistik antarbenua yang terbang sekitar 71 menit dan menempuh jarak 1.100 km dari lokasi peluncurannya.
Rudal mendarat di dalam zona ekonomi eksklusif (ZEE) Jepang, 170 km barat prefektur utara Aomori, pada pukul 15:44 waktu setempat, kata penjaga pantai.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan telah mendeteksi peluncuran “proyektil tak dikenal” dari Korea Utara, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Dikatakan peluncuran itu diasumsikan sebagai rudal jarak jauh, mungkin sebuah ICBM yang ditembakkan pada lintasan “tertinggi” ke luar angkasa, kantor berita Yonhap melaporkan.
Pada 16 Maret, Korea Utara meluncurkan rudal yang diduga meledak tak lama setelah lepas landas di atas Pyongyang, kata militer Korea Selatan, di tengah laporan bahwa Korea Utara yang memiliki senjata nuklir berusaha untuk menguji coba rudal
Bulan ini, pemimpin Kim Jong Un mengatakan Korea Utara akan segera meluncurkan beberapa satelit untuk memantau pergerakan militer Amerika Serikat dan sekutunya.
Diameter Hwasong-17 diperkirakan antara 2,4 meter dan 2,5 meter, dengan massa totalnya, ketika bahan bakar penuh, mungkin berkisar antara 80.000 kg hingga 110.000 kg, kata 38 North, sebuah program berbasis di AS yang memantau Korea Utara.
Sumber: Reuters
Jurnalis: Asep