*WASPADAI “PUTING BELIUNG” DI KOTA DELTA, JAUHI GEDUNG TINGGI/ APARTEMEN.*
Sidoarjo seakan sudah ditakdirkan dari langit untuk menerima berkah alam berupa angin keras, “puting beliung”. Bahkan salah satu wilayah sejak dulu dinamakan “Tanggulangin”, yang berarti tempat angin berkumpul.
Sidoarjo sebagai kota delta brantas, dan juga beberapa wilayah di Jawa Timur memang berpotensi tinggi mengalami cuaca ekstrem. Awan kumulonimbus semakin besar karena intensnya penguapan. Itu mengakibatkan cuaca ekstrem seperti hujan deras berakibat banjir, angin kencang, dan puting beliung.
Awan kumulonimbus akan membuat angin bisa mencapai kecepatan lebih dari 30 km/jam. Kejadian angin puting beliung yang terjadi di Sidoarjo dipicu pertumbuhan awan kumulonimbus lebih dari satu cell atau biasa disebut multicell.
Karena itu, warga Sidoarjo harus waspada jika menjumpai kumpulan awan yang berubah dari warna putih yang berlapis-lapis menjadi abu-abu atau hitam. Dalam waktu dekat, hujan dan angin kencang akan muncul. Angin puting beliung bisa juga terjadi saat awan masih berwarna putih dan hawa terasa panas dan gerah. Biasanya itu saat pagi atau siang, suhu bisa 29–30 derajat.
Sebetulnya bagaimana puting beliung terjadi? Menurut Hadi Widiatmoko, pengamat meteorologi, angin puting beliung terjadi dari akibat kuatnya sirkulasi udara naik (up draft) dan aliran udara turun di awan cumulonimbus (Cb). Pusaran yang mirip belalai pun terbentuk karena efek dari perputaran bumi (gaya coriolis) bertemu dengan tekanan udara yang relatif rendah pada pusatnya.
“Sehingga jadi pusaran dan bisa menyedot benda-benda di bawahnya ke permukaan,” kata Hadi, yang juga mantan Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Dalam catatan redaksi TvSidoarjo, sejak tahun 2010, bencana alam yang paling sering terjadi adalah angin puting beliung yang merontokkan puluhan bahkan ratusan rumah, pohon bertumbangan dan juga korban manusia.
Berikut datanya:
4 Januari 2010 Desa Sari dan Trompo Asri Kecamatan Jabon.
18 April 2010 Pamotan Porong
23 Januari 2012 sd 9 Desember 2012 terjadi di beberapa kecamatan.
24 November 2017: Tambak Rejo Waru.
19 November 2018: Kec. Tulangan
15 Desember 2018. Bakungpringgondani, Wonokarang Balongbendo.
2019 tercatat ada 10 kali bencana angin puting beliung Kecamatan Sedati, Kecamatan Waru dan Kecamatan Tulangan.
13 Februari 2019: RandeganTanggulangin dan Candi.
25 Desember 2019: Tanggulangin
9 Januari 2020; Masangankulon Sukodono juga Krembung
14 Februari 2021 Segodobancang, Tarik
28 Desember 2021: Waru
25 Januari 2022: Kalidawir, Tanggulangin
22 Maret 2022: Kalanganyar Sedati
11 Oktober 2022: Durung bedug Candi
23 Oktober 2022: Buduran.
Saran dari para pakar untuk menghindari jatuhnya korban jiwa akibat bencana puting beliung. Hindari bermukim dan berada di dalam gedung tinggi/apartemen atau berada di bawahnya saat terjadi angin puting beliung.
Tidak berdiri atau meletakkan sesuatu di bawah pohon besar seperti mobil atau sepeda motor karena beresiko tumbang.
Rica/TvS.