SHARE NOW

LESTARIKAN PUSAKA DENGAN CARA BERPROFESI “KOLEKDOL”

 

Pelestarian budaya bangsa, bisa dengan banyak cara. Salah satunya cara ala Agus Riyanto. Jual beli benda pusaka.

Pria usia 56 tahun ini selain menjadi kolektor juga menjadi penjual pusaka. Usaha ini ditekuni karena Agus ingin menjaga agar pusaka tetap eksis di era milenial saat ini. “Kalau yang lain bisnis ini dan itu, saya pilih pusaka karena panggilan jiwa,” ujarnya.

Panggilan jiwa yang dimaksud agus adalah pelestarian benda budaya. Itu sebabnya, pemilik “Galery Tosan Aji” DTC Surabaya lt 4 A, ini memilih jual beli pusaka sebagai usaha primernya.

Dengan jual beli pusaka, kata Agus, maka masyarakat masih mengingat adanya ikon leluhur yang perlu dilestarikan. Sebab “brand merk” itu sesuatu hal yang penting.

“Profesi saya “kolekdol”, artinya ya kolektor ya tukang adol. Kalau tidak ada penjual pusaka, bagaimana masyarakat mendapatkan benda budaya? Lama-lama akan hilang di ingatan kolektif masyarakat,” jelas Agus.

Berbagai pengalaman unik dan menarik datang kepada Agus. Misalnya, saat dia ditawari keris secara borongan sebanyak 300 jenis keris. Tentu harganya milyaran rupiah.

“Saya hanya punya uang sebanyak 1 milyar. Setelah tawar menawar panjang, akhirnya dia melepaskannya. Keris-keris itu menjadi modal awal dan saya putar, sampai saat ini,” terangnya.

Hingga kini setelah 22 tahun menggeluti dunia jual beli pusaka, Agus memiliki sebanyak seribu lebih pusaka dari berbagai era. Mulai era Kabudhan, Singosari, Kahuripan, Jenggolo, Mataram dan lainnya.

Satu koleksi Agus yang tidak dilepas meski dihargai tinggi. “Tombak pendowo, luk lima. Tangguh Jenggolo. Ini pusaka ikonik kerajaan Jenggolo,” ujar Agus yang pernah menjual pusaka keris kepada Wapres RI, Jusuf Kalla senilai Rp 2 Milyar ini.

 

(*).

NEWSTICKER
No post ...