SHARE NOW

*TURING*

OPINI PERADABAN

*TURING*

Kita semua saat ini serta dunia yang kita nikmati dan cintai saat ini tidak bisa lepas dari komputer. Pasti beda sama dulu, generasi 70-80 an seperti saya. Komputer, benda canggih itu, baru saya kenal dan gunakan tahun 94-an untuk menulis skripsi. Pakai disket sebagai sistem operasi (Disk Operation System disingkat DOS). Lalu ada disket untuk menyimpan data.

Awalnya, saya lebih suka pakai mesin ketik manual bermerk “brother”. Namun karena syarat mutlak skripsi harus diprint menggunakan PC, ya dengan sangat amat terpaksa akhirnya saya harus belajar menggunakannya. Ternyata, itulah awal penjajahan digital level individual.

Digitalisasi tidak bisa lepas dari tiga titik piramida epistemologi Foucault: “will to knowledge”, “will to power” juga “will to truth” yang berarti penjajahan sistematis pada level individual dimana identitas diri manusia berada di titik tengahnya.

Saya tidak tahu pasti apakah digitalisasi ini sudah jadi keniscayaan sejarah. Meski kadang munculnya terasa tidak terduga dan seakan terpotong dari benang merah fakta sebelumnya.

Masi kita sedikit menengok sejarah.  Awalnya, keterpaksaan dan keputusasaan akibat kalah oleh serbuan pada awal perang dunia oleh Nazi Jerman yang menuntun bangsa barat bertindak kreatif.

Adalah ilmuwan Inggris, Alan Mathison Turing (23 Juni 1912 – 7 Juni 1954) di Maide Vale, London meneliti bagaimana komputer modern digital pertama untuk berbagai keperluan termasuk memenangkan perang dunia.

Secara rahasia, ia kerja di Departemen Kriptoanalisis Inggris, Kode Pemerintah dan Sekolah Cypher di kantor pusatnya, Bletchley Park.

Turing memainkan peran penting dalam memecahlan pesan yang dienkripsi oleh mesin enigma Jerman, yang menyediakan data intelijen penting bagi sekutu.

Dia memimpin sebuah tim yang merancang sebuah mesin yang dikenal sebagai “bombe” yang berhasil menerjemahkan sandi pesan Jerman. Dengan mesin itu, perang dunia II berbalik arah. Mesin perang Jerman yang awalnya mendominasi pertempuran menjadi lembek tidak bertenaga. Jerman di KO oleh sekutu barat, dengan Hitler berakhir bunuh diri.

Sejak kemenangan saat itu, nama Turing menjadi tokoh terkenal dan menjadi pahlawan perang Inggris. Jasa Turing -bila boleh dikatakan berjasa- adalah mengembangkan digitalisasi, dengan mesin yang dapat menjalankan sekumpulan perintah. Turing juga yang mencetuskan tes Turing. Namanya diabadikan dalam nama Penghargaan Turing.

Setelah Perang Dunia II selesai, Turing semakin fokus untuk mengembangkan mesin algoritma memproses informasi di  National Physical Laboratory (1945-1948).

Pada tahun 1949, ia menjadi peneliti ke Manchester University. Di situ dia memimpin laboratorium komputasi dan mengembangkan sebuah mesin yang membantu untuk membentuk dasar-dasar pada bidang kecerdasan buatan (Artifisial Intelligence).

Sampai detik ini, ketika saya mengetik di HP untuk naskah ini, pikiran saya terus menggelembung. Penjajahan digital (e-banking, e-learning, serta e…e… lain akan terus menggerus eksistensi manusia. Ternyata tidak sekedar teknik metode atau cara hidup, apalagi gaya hidup. Yang tanpa disadari telah menjadi bahaya hidup.

Orang lupa penjajahan terberat akibat digitalisasi adalah degradasi iman: lambat laun Tuhan akan diturunkan levelnya menjadi entitas holografik seperti “meta” verse belaka. Tidak ada realitasnya. Hanya maya, semu dan absurd. Orang lupa bahwa TUHAN itu sungguh-sungguh ADA.

NEWSTICKER
No post ...