Berat total harta karun emas di situs Wonoboyo awalnya diduga ratusan kilogram. Sayangnya kini hanya tersisa 16,9 kilogram yang terdiri dari 14,9 kilogram emas dan 2 kilogram perak. Kemana yang lain? Misteri.
Peninggalan bersejarah ini ditemukan pada 17 Oktober 1990 di dusun Plosokuning, desa Wonoboyo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah di sebidang lahan sawah milik Ny. Cipto Suwarno yang digali oleh Witomoharjo dan lima orang rekan kerja lainnya.
Pengalian ini dimaksudkan sebagai proyek irigasi untuk merendahkan permukaan sawah agar air dapat turun ke sawah ini, sementara itu tanah sisa galiannya akan dijual untuk tanah urukan proyek. Ketika penggalian mencapai kedalaman 2,5 meter, cangkul Witomoharjo membentur benda keras yang diduga batu.
Setelah digali dengan hati-hati ternyata ditemukan sebuah guci besar keramik China yang didalamnya tersimpan banyak artefak emas.
Penemuan ini segera disampaikan kepada aparat desa dan akhirnya berita penemuan ini sampai kepada Ditjen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kini temuan Wonoboyo disimpan di ruang khazanah Museum Nasional Indonesia, Jakarta. Sementara replikanya dipamerkan di Museum Prambanan, kompleks Candi Prambanan, Yogyakarta. Temuan Wonoboyo pernah dipamerkan di Australia.
Temuan Wonoboyo adalah salah satu temuan arkeologi terpenting di Indonesia. Selain nilai tinggi logam mulia emas dan perak, temuan ini juga penting untuk mengungkapkan kekayaan, ekonomi, serta pencapaian seni budaya pada masa Kerajaan Medang pada abad ke-9.
Temuan emas ini menampilkan kesenian yang halus serta memamerkan keahlian teknik dan pencapaian estetika pandai emas Jawa kuno. Pada permukaan koin emas terukir huruf “ta”, singkatan dari “tail” atau “tahil” unit mata uang Jawa kuno. Ditemukan juga tulisan “Saragi Diah Bunga” dalam bahasa Kawi, yang mungkin adalah nama pemiliknya.
Temuan ini diperkirakan berasal dari masa pemerintahan Raja Balitung (899–911).Benda mewah seperti ini diduga milik bangsawan atau anggota keluarga raja.