Hari Kesaktian Pancasila tidak lepas dari peristiwa berdarah G30S. Dalam peristiwa tersebut, sebanyak enam jenderal dan satu perwira pertama TNI AD meninggal dunia.
Dilansir dari Ensiklopedi Pahlawan Nasional, (1995), para sosok yang gugur kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi dan memperoleh kenaikan pangkat serta pangkat anumerta.
Anumerta sendiri merupakan penghargaan kepada angkatan bersenjata atau pegawai negeri sipil yang gugur dalam menjalankan tugas.
Ketujuh Pahlawan Revolusi tersebut, yakni:
Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani
Letnan Jenderal (Anumerta) Raden Soeprapto
Letnan Jenderal (Anumerta) Mas Tirtodarmo Haryono
Letnan Jenderal (Anumerta) Siswondo Parman
Mayor Jenderal (Anumerta) Donald Isaac Panjaitan
Mayor Jenderal (Anumerta) Sutoyo Siswodiharjo
Kapten (Anumerta) Pierre Andreas Tendean.
Diketahui pada peristiwa tersebut, enam jenderal serta beberapa orang lainnya dibantai sekelompok orang yang menurut otoritas militer saat itu terafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia. Gejolak yang timbul akibat G30S/PKI sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh Tentara Nasional Indonesia, sehingga dinamakan Hari Kesaktian Pancasila.