Sidoarjo – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menegaskan bahwa kebijakan pemerintah bagi UMKM bukan lagi hanya fokus agar bertahan (survive), tetapi juga serius mendorong terwujudnya UMKM masa depan yang naik kelas dari mikro menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Menurut Menteri Teten, penting untuk mengubah struktur ekonomi dengan cara mendorong semakin naiknya skala ekonomi mikro menjadi kecil, kecil menjadi menengah, dan menengah menjadi usaha besar. Targetnya membangun struktur ekonomi yang kuat dan UMKM berdaya saing serta membangun sinergi kolaborasi mewujudkan UMKM yang naik kelas bukan hanya jalan di tempat.
Sesi “Business Forum” yang bertajuk “Kewirausahaan dan Kompetensi Peningkatan Capacity Building” itu menghadirkan pembicara lain yakni Mendikbudristek Nadiem Makarim, Menaker Ida Fauziyah, Menkominfo Johnny G Plate, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Royke Tumilaar, dan CEO Grup GoTo Andre Soelistyo.
“Sekarang bukan lagi berpikir bagaimana UMKM survival, namun menciptakan UMKM bisa berkembang naik kelas dalam arti kata sesungguhnya. Karena dari struktur ekonomi saat ini, sebesar 99,6 persen ekonomi nasional masih dikuasai usaha mikro,” ucapnya saat memberikan paparan pada ‘Business Forum’ dalam rangkaian Rapimnas KADIN 2021 di Nusa Dua, Bali, Jumat (03/12/2021) malam.
Di banyak negara seperti Jepang, China, maupun Korea Selatan, kontribusi sektor UMKM sudah sangat tinggi, karena UMKM dilibatkan dan menjadi bagian dari rantai pasok industri nasional. “Kita sedang dorong kemitraan usaha besar dan kecil dalam rantai pasok nasional juga global. Karena saat ini baru 17 persen peran industri nasional dalam rantai pasok global, kata Teten.
Ia menegaskan bahwa rekonstruksi kebijakan UMKM untuk masa depan adalah yang memiliki daya saing, inovatif, serta berbasis kreativitas dan teknologi. Saat ini, masih ada gap antara usaha besar dan kecil di Indonesia baik dari sisi produktivitas, kualitas SDM, hingga penggunaan teknologi produksi. “Membangun kapasitas usaha ini yang memang masih terjebak di usaha mikro. Banyak akses pembiayaan ke mikro, tetapi yang naik kelas sedikit. KUR meskipun bisa sampai Rp250 juta, tetapi hanya untuk modal kerja, bukan untuk memperbesar kapasitas usahanya,” kata Menteri Teten.
Pihaknya juga sedang mengusulkan pendanaan bagi UMKM melalui seed capital (pendanaan tahap awal), yang memungkinkan kapasitas UMKM naik kelas hingga mendorong peningkatan pembiayaan perbankan ke UMKM mencapai 30 persen di tahun 2025. “Saya sudah ajukan proposal seed capital ini ke Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk UMKM inkubasi yang nilainya diusulkan sampai Rp20 miliar, diharapkan akan banyak UMKM level kecil naik ke level menengah,” kata MenKopUKM.
Sementara dari sisi market demand-nya diperkuat melalui belanja pemerintah sebesar 40 persen yang potensinya di APBN mencapai Rp447 triliun. “Begitu juga dengan Pasar Digital (PaDi) UMKM sudah ada kerja sama antara KemenKopUKM dan Kementerian BUMN serta melibatkan 9 perusahaan BUMN yang saat ini nilai transaksinya mencapai Rp1 triliun,” ungkap Menteri Teten.
KemenKopUKM akan terus melakukan beberapa program dan kebijakan dalam mendorong UMKM naik kelas, diantaranya membangun factory sharing yang sedang diuji coba di lima daerah mulai dari sektor furniture, makanan, maupun agrobisnis dan lain-lain. Dalam factory sharing, produksi dilakukan secara makloon, dengan teknologi modern yang tak bisa dilakukan oleh pelaku usaha perorangan. Ada pula program corporate farming dengan mengonsolidasikan para petani di lahan sempit, yang tergabung dalam koperasi untuk terhubung dengan pembiayaan agar bisa naik kelas baik dari sisi kuantitas dan kualitas.
Sumber : antara
Jurnalis: Noe