Badai PHK di Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda. Setidaknya, begitu menurut pengusaha.
Pasalnya, saat ini sektor usaha tengah menghadapi efek domino lonjakan harga-harga yang menaikkan beban biaya perusahaan. Akibatnya, perusahaan melakukan efisiensi biaya, termasuk dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
PHK tidak hanya terjadi di sektor manufaktur, tapi juga jasa dan sektor lain.
Contoh beberapa sektor yang sudah melakukan PHK terhadap beberapa Karyawan :
PHK Pabrik Motor
Sebelumnya, mencuat kabar tak mengenakkan dari industri sepeda motor roda tiga, PT Nozomi Otomotif Indonesia.
Kabar tersebut berawal dari aksi demo yang dilakukan puluhan orang buruh di depan kantor pusat Nozomi di Jakarta Pusat pada Selasa (26/9/2022).
Menurut Presiden Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Riden Hatam Aziz, aksi unjuk rasa ini dilakukan untuk menuntut agar 35 orang buruh PT Nozomi Otomotif Indonesia yang berlokasi di Subang, Jawa Barat, dipekerjakan kembali karena kena PHK.
“Kami melakukan aksi karena di sini merupakan lokasi dari kantor pusat PT Nozomi Otomotif Indonesia. Tuntutannya adalah meminta agar ke-35 orang buruh yang di-PHK dipekerjakan kembali,” ujar Riden
PHK Startup
Gelombang PHK di bisnis startup, baik global maupun Indonesia, mulai ramai muncul sejak pertengahan tahun ini. Sebut saja, Zenius dan Shopee yang juga ikut melakukan PHK.
Jumat (7/10/2022), PHK di kalangan startup, unicorn, dan perusahaan teknologi tercatat ada 904 kasus yang berdampak pada 126.403 orang.
Salah satu startup yang baru melakukan PHK adalah Xendit, yang berbasis di Indonesia. Per 5 Oktober 2022, dilaporkan ada 45 orang yang terkena PHK akibat ketidakpastian global.