TVSidoarjo – Turki sedang mengalami ‘ledakan’ kasus Omicron, tercatat kasus per harinya mencapai 60 ribu kasus. Ancaman ini tidak disadari turis asal Indonesia yang berkunjung ke Turki. Hingga Sabtu (08/01), terdapat 414 kasus Omicron di Tanah Air setelah sebelumnya bertambah 75 kasus, dari 414 kasus, 31 di antaranya merupakan transmisi local dan sisanya merupakan pelaku perjalanan luar negeri. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmidzi mengatakan, salah satu kasus penularan Omicron paling banyak berasal dari Turki. Mereka umumnya baru pulang dari perjalanan wisata. Meski demikian, pemerintah belum mengambil sikap tegas terkait akses keluar masuk dari dan ke Turki. Masyarakat hanya dianjurkan tak berpergian ke luar negeri, meski pada kenyataannya kini banyak yang berlibur ke negara tersebut.
Sampai saat ini, pemerintah telah menutup pintu kedatangan warga negara asing (WNA) dari 14 negara, tapi Turki tak masuk dalam daftar. Namun demikian, pemerintah terus melakukan pembahasan terkait hal ini. “Ibu Menlu RI beberapa hari yang lalu telah membahas dengan Menko Marves adanya temuan kasus Covid-19 dari WNI yang kembali dari bepergian ke luar negeri. Kasus Omicron di Turki sedang tinggi-tingginya. Per hari, jumlah kasus Covid-19 baru melebihi 60.000 kasus. Pemerintah belum mengambil kebijakan baru merespons situasi ini, utamanya terkait pelaku perjalanan luar negeri dari Turki.
Faizasyah, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) pun menjelaskan, keputusan mengenai penutupan pintu kedatangan di tengah pandemi Covid-19 saat ini berada di bawah penanganan Satgas Covid-19. Banyak pelancong asal Indonesia yang berbondong-bondong berwisata ke negara tersebut.
Belum lama ini, keluarga besar selebriti Anang Hermansyah dan Atta Halilintar juga bertolak ke Turki untuk berlibur. Namun, sepulang dari negara tersebut, istri Anang Hermansyah, Ashanty, dikabarkan terpapar virus corona varian Omicron.
Sebelum akhirnya terbang ke Indonesia, Ashanty mengaku sudah menjalani dua kali tes PCR di Istanbul, Turki, dengan hasil negatif. Karena telah memenuhi syarat, Ashanty beserta rombongan pulang ke Indonesia. Namun setibanya di Tanah Air dan hendak menjalankan karantina sesuai aturan pemerintah, Ashanty dinyatakan positif Covid-19.
Dari kronologi yang disampaikan Ashanty, perbedaan hasil tes PCR yang didapatkannya saat berada di bandara Turki dan saat tiba di Indonesia tidak begitu jauh, hanya hitungan jam. Untuk diketahui, butuh waktu 11-15 jam untuk menempuh penerbangan dari Turki ke Indonesia. Terkait hal ini, Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, bisa jadi hal ini disebabkan karena adanya masa inkubasi virus. “Bisa saja karena ada masa inkubasi virus,” kata Nadia pada Selasa (11/01/2022).
Menurut World Health Organization (WHO), masa inkubasi virus merupakan waktu antara terpapar virus hingga timbulnya gejala. Masa inkubasi virus corona rata-rata 5-6 hari, tetapi bisa selama 14 hari.
Sementara, melansir laman Harvard Medical School, masa inkubasi virus corona diperkirakan 2-14 hari.
Lalu, gejala biasanya muncul dalam 4 atau 5 hari setelah terpapar. Artinya, seseorang bisa saja menunjukkan hasil tes negatif Covid-19 ketika masa inkubasi virus baru dimulai, namun setelahnya tes menunjukkan hasil positif. Sementara itu, ahli biologi molekuler Ahmad Utomo mengatakan, sebenarnya hal ini wajar terjadi. Terdeteksinya virus, kata dia, bergantung pada status replikasi virus tersebut. “Bisa saja, karena tergantung status replikasi virus, apalagi dari eksperimen laboratorium terbukti virus Omicron ini memang terkenal tinggi efisiensi replikasinya,” ” kata Ahmad.
Peristiwa ini, kata Ahmad, menunjukkan pentingnya melakukan double check, baik di keberangkatan dan kedatangan. Terutama saat berada di pesawat, ada saja yang tidak memakai masker atau melepaskan maskernya dalam beberapa waktu, misalnya pada saat makan. Oleh karenanya, bisa jadi, para pelaku perjalanan tertular dari orang lain saat di pesawat. “Bisa jadi saat check-in jumlah virus masih sedikit. Tapi, dalam hitungan jam, kan, si virus terus bertambah sehingga muncul fase infeksius,” pungkas Ahmad.
Sumber: Kemenlu
Jurnalis: noe