Dalam lingkungan sosial, ada banyak macam racun di dalam setiap hubungan. Tak hanya racun dalam pertemanan, tapi juga dalam sebuah hubungan. Dan tahukah kamu, racun juga bisa tertanam pada seorang laki-laki, yang kerap disebut sebagai toxic masculinity.
Toxic masculinity ini berawal ketika keluarga mulai menanamkan paham kepada anak laki-lakinya bahwa ia harus menjadi laki-laki kuat dan tidak mudah cengeng. Padahal, hal ini bisa berdampak pada laki-laki menjadi sulit untuk mengungkapkan ekspresinya.
Tentang toxic masculinity ini coba diungkap oleh American Psychological Association, di mana secara khusus standar yang diharapkan laki-laki adalah anti kelemahan, anti-feminitas, kekerasan, dan juga prestasi.
Dari toxic masculinity tersebut, ini bisa berdampak pada tekanan psikologis laki-laki, di mana tekanan terhadap standar itu membuat mereka sulit untuk menjadi diri sendiri, di mana mereka diharapkan menjadi lelaki yang anti-kelemahan, tidak mudah cengeng, dan selalu menjadi kuat.
bbs/Gilang
@pemkabsidoarjo @ahmadmuhdlorali @h_subandi_sh @dprd.sidoarjo @sasha.budi
@khofifah.ip @emildardak @ericahyadi_
@htanoko @mimikidayana
#beritasidoarjo #sidoarjo #bupati #bupatisidoarjo #infosidoarjo #seputarsidoarjo #dolansidoarjo #perkembangansidoarjo