SHARE NOW

Tragedi Kemanusiaan di Perbatasan Belarusia-Polandia

Para migran dan pengungsi di hutan perbatasan Belarus-Polandia terjebak dalam suhu beku, tanpa akses ke persediaan vital atau perawatan medis, karena ketakutan akan keselamatan mereka meningkat.
Diperkirakan 3.000 hingga 4.000 migran dan pengungsi menumpuk di perbatasan Belarus-Polandia. Mayoritas mereka adalah orang dari Timut Tengah dan Afghanistan. Mereka berkemah di tanah tak bertuan antara Belarus dan Polandia, setelah ditolak masuk ke blok Uni Eropa.
Kelompok hak asasi manusia dan badan-badan global telah menyuarakan keprihatinan atas kesejahteraan para migran dan pengungsi. Ada serentetan laporan kematian di kedua sisi perbatasan sebagai bukti dari kondisi berbahaya yang para migran dan pengungsi hadapi saat musim dingin tiba.
Sementara itu, pekerja bantuan, pengacara, dan jurnalis telah dicegah untuk mengakses daerah perbatasan yang kritis di kedua sisi.
Konflik meletus awal tahun ini, ketika Presiden Belarus Alexander Lukashenko bereaksi keras terhadap sanksi Uni Eropa. Blok Eropa tersebut telah menghukum Minsk atas pengalihan paksa pesawat penumpang pada Mei, disusul penangkapan terhadap seorang jurnalis pemberontak, Roman Protasevich, yang berada di dalamnya.
Beberapa bulan sebelumnya, Uni Eropa dan Amerika Serikat menghukum pemerintahan Lukashenko karena menindak perbedaan pendapat, setelah sengketa pemilu Agustus 2020 yang membuat pria berusia 67 tahun itu masa jabatan keenam dan memicu protes massal anti-pemerintah.
Marah dengan langkah-langkah Uni Eropa, Lukashenko membalas dengan mengumumkan Belarus akan berhenti berusaha mencegah migran dan pengungsi tidak berdokumen mencapai wilayah blok tersebut. Ia beralasan sanksi Uni Eropa itu membuat pemerintahnya kehilangan dana yang dibutuhkan untuk menangani migran dan pengungsi.
Sejak itu, negara-negara anggota Uni Eropa yang berbatasan dengan Belarus, termasuk Lithuania, Latvia, dan Polandia, telah melaporkan peningkatan tajam jumlah migran dan pengungsi yang mencoba melintasi perbatasan mereka.
Uni Eropa menuduh pemerintahan yang berpusat di Minsk dengan sengaja membujuk para migran dan pengungsi ke Belarus. Kemudian dengan sengaja menyalurkan mereka ke barat dengan janji-janji untuk masuk dengan mudah ke dalam Uni Eropa. Tindakan Belarus disebut Uni Eropa sebagai bagian dari “serangan hibrida” terhadap negara-negara anggotanya, untuk membalas sanksi yang diberikan.
Lukashenko menyangkal tuduhan itu dan menuduh balik Uni Eropa melanggar hak asasi manusia dengan menolak perjalanan yang aman bagi migran dan pengungsi, bertentangan dengan aturan suaka internasional. Ada laporan tentang apa yang disebut “penangguhan” ilegal dilakukan, dengan pasukan penjaga Polandia dituduh mengembalikan migran tidak berdokumen ke Belarus.
Warsawa menuduh Presiden Rusia Vladimir Putin mendalangi konflik perbatasan Belarus-Polandia yang sedang berlangsung. Namun Moskwa yang merupakana pendukung pemerintah Lukashenko telah membantah terlibat dalam konflik perbatasan tersebut. Pemerintah Rusia justru menuduh Polandia dan sesama negara anggota Uni Eropa telah berusaha untuk “mencekik” Belarus dengan sanksi.
Kremlin memandang Belarus sebagai penyangga keamanan terhadap blok Uni Eropa dan aliansi militer NATO transatlantik yang dipimpin AS di sisi baratnya. Moskwa mengirim pasukan terjun payung ke Belarus pada Jumat (12/11/2021) untuk latihan militer. Awal pekan ini, mereka mengerahkan dua pengebom strategis berkemampuan nuklir dalam misi patroli di Belarus selama 2 hari berturut-turut.
Apa yang mungkin terjadi atas konflik perbatasan Belarus-Polandia? Belum dapat diukur dengan pasti, tetapi eskalasi konflik lebih lanjut tampaknya mungkin terjadi. Uni Eropa sedang mempertimbangkan apakah akan menjatuhkan sanksi lagi terhadap Minsk sebagai tanggapan atas konflik perbatasan.
Langkah pemberian sanksi dilaporkan dapat menargetkan maskapai penerbangan yang dianggap terlibat dalam situasi di perbatasan, dapat mulai berlaku pada Senin (8/11/2021). Sementara, Belarus terus menyangkal melakukan rekayasa arus migran dan pengungsi. Ia memperingatkan bahwa tuduhan itu tidak dapat membantu diakhirinya krisis, kecuali sanksi sebelumnya terhadap pemerintah Lukashenko yang diberikan oleh kekuatan Barat dicabut.
Minsk juga mengancam akan memotong pasokan gas Rusia ke Eropa melalui jaringan pipa yang transit melalui wilayah Belarus sebagai pembalasan atas kemungkinan sanksi baru Uni Eropa. Namun, Rusia mengatakan bahwa mereka tidak ada pembicaraan terlebih dahulu dengan pernyataan Lukashenko dan bahwa pihaknya akan tetap memenuhi kontrak pengiriman gas ke Uni Eropa.
Pasar gas Eropa, di mana harga telah mencapai rekor tertinggi dalam beberapa pekan terakhir, akan sangat sensitif terhadap gangguan pasokan.
Masalah di perbatasan Belarus-Polandia semakin memanas dalam sepekan ini yang mengarah pada konflik geopolitik yang serius dan memicu kekhawatiran terhadap bencana kemanusiaan.
Lebih banyak migran dan pengungsi yang terjebak berkumpul di dekat perbatasan Belarus-Polandia, berharap untuk bisa menyeberang ke Uni Eropa. Diperkirakan ribuan migran dan pengungsi kini berkumpul di dekat garis yang memisahkan kedua negara tersebut. Mereka yang mencoba meninggalkan Belarus telah ditolak masuk ke Polandia, dengan pagar kawat berduri dan pasukan keamanan yang dikerahkan oleh Warsawa untuk menghalangi jalan masuk migran dan pengungsi.
(WIL/CNN)

Pengunjung

Online : 1

Pengunjung hari ini : 88

Kunjungan hari ini : 139

Pengunjung kemarin : 104

Kunjungan kemarin : 199

Total Pengunjung : 38611

Total Kunjungan : 94971

Home

© 2021 PT.Sidoarjo Maju Media. All Rights Reserved.

Design by Velocity Developer

NEWSTICKER
No post ...